4 TIPS KOMPAK BARENG PASANGAN

Keluarga Fun With Baha
Kompak bareng pasangan apakah memungkinkan? padahal laki-laki dan perempuan tercipta dengan perbedaan. Kira-kira bagaimana caranya?
Sebagai seorang ibu yang bekerja di ranah domestik atau ibu rumah tangga, tentu juga menginginkan suami ikut terlibat secara aktif dalam hal pengasuhan anak. Apalagi dalam setiap seminar parenting, selalu digaungkan bahwa anak yang terlibat aktif bonding dengan ayahnya memiliki perilaku dan tingkat prestasi yang lebih baik.
Memang benar bahwa mendidik anak merupakan tanggungjawab kedua belah pihak. Orangtua sebaiknya memiliki kata sepakat dalam pengasuhan. Tapi dalam hal pengasuhan tak melulu lancar dan mulus seperti kondisi jalan tol. Bahkan seringkali kita sebagai orangtua merasa nggak kompak untuk beberapa hal.
Misalnya, ibu akan melarang anaknya menonton tayanga TV atau youtube, namun disaat yang bersamaan si ayah melonggarkan larangan tersebut. Membolehkan anaknya menonton untuk beberapa waktu kedepan.
Atau, ayah mengizinkan anak makan camilan berupa permen atau keripik asin saat sedang berkunjung ke rumah salah satu koleganya. Dengan alasan menghargai si pemilik rumah. Padahal ibu sudah sering melarang dan memilihkan anaknya makanan yang lebih sehat serta bergizi.
Hal-hal seperti itu tentu akan memicu konflik dalam rumah tangga. Ibu melarang anaknya dengan beberapa peraturan, namun ayah beberapa kali membolehkan atau melonggarkannya. Lalu, kira-kira siapa yang akan dipilih oleh anak kita?
Tentu yang menguntungkan baginya!
Perbedaan mendidik anak akan menjadi sumber anak mencari kesalahan salah satu orangtuanya dan mendapatkan apa yang ia inginkan. Tentu anak akan memilih orangtua yang “menguntungkan baginya”. Biasanya, ibu bersikap tegas pada anak sedangkan ayah cenderung bersikap lunak dan serba boleh.
Tak dapat dipungkiri bahwa setiap orangtua atau pasangan suami istri memiliki pola asuh yang berbeda. Permasalahan mengurus anak tidak akan ada habisnya karena menjadi orangtua tidak ada sekolahnya, dari situlah kita sama-sama belajar. Tak hanya kompak bareng pasangan, kita juga perlu kompak dalam sosialisasi untuk menjadi pagar bagi anak-anak.
Om Ge dari Latih Hati
Beberapa waktu lalu kak Niken dan suami hadir di acara “Sharing Yuk!” yang diselenggarakan oleh Malang Family Fair di Ngalup Coworking Space, Kota Malang. Menghadirkan Aprilianto atau yang biasa disebut Om Ge dari Latih Hati.
Dan yes…! Diawal sesi kami, para istri langsung dibuatnya tergelitik dengan statement “Kompak bareng pasangan itu biasanya adalah harapan para istri dan kenyataan bagi para suami.”
Sambil tersenyum, saya mengiyakan statement tersebut. Kenyataannya memang setiap ngobrol dengan beberapa teman atau kumpulan para ibu-ibu, mereka berharap bahkan sangat berharap sekali bahwa suaminya bisa diajak kompak dalam hal pengasuhan terhadap anak-anaknya.
Salah satu tujuannya supaya keluarga mereka dibilang sukses dalam pengasuhan. Namun secara logika parenting, untuk sukses tentu masing-masing memiliki gaya tersendiri. Seperti Allah swt menciptakan laki-laki dan perempuan secara berbeda, maka logikanya gaya suami tentu berbeda dengan istri.
Keluarga Fun With Baha
Adapun prinsip awal dari pengasuhan yang sebaiknya dilakukan yaitu:
  1. Penerimaan terhadap diri. Terima dulu kenyataan bahwa pola asuh yang kita terapkan tentu berbeda dengan keluarga lain.
  2. Tidak menghakimi. Setiap keluarga memiliki sudut pandang dan pola asuh berbeda terhadap pengasuhan. Maka jangan merasa paling baik.
  3. Cari jalan tengah agar bisa kompak. Kita perlu bersosialisasi dan kompak bersama orang lain seperti keluarga ataupun teman dalam mendidik anak kita.
Bicara soal kompak bareng pasangan, sebenarnya apa arti dari kata kompak? Kompak dalam KBBI memiliki arti bersatu padu, dalam menanggapi atau menghadapi suatu perkara an sebagainya. Menurut Om Ge, kompak bukan berarti suami dan istri harus selalu sama.
Lebih jelasnya, kompak bisa berarti saling manut atau bergantian manut ke salah satu pasangan atau sama-sama kompromi. Kedua belah pihak saling mengutarakan caranya agar sepakat. Bentuk sepakat bisa juga berarti “sepakat untuk tidak sepakat”.
Menurut Om Ge, dalam pengasuhan pendidikan, maka ayah dan ibu tidak harus mempunyai visi misi yang sama plek, tidak harus punya cita-cita yang sama plek, jika memiliki visi misi yang samapun ternyata boleh dilakukan dengan cara yang berbeda. Pada point ini cukup membuat dahi saya berkerut. Apa maksudnya?
Jika ada beberapa perbedaan visi misi dalam keluarga, tak perlu langsung baper dan merasa jadi keluarga yang tidak kompak. Tak perlu berantem soal pengasuhan, soal cara dan tujuan.
Karena ketika kita sudah menjadi orangtua, mau nggak mau harus lebih sering mempelajari pola pengasuhan yang ada di masyarakat. Jika sudah menemukan pola pengasuhan yang cocok, lalu racik sendiri dan diolah sesuai dengan kultur di keluarga berdasarkan kebutuhan.
Tips agar orangtua bisa kompak dalam pengasuhan:
  1. Komunikasi dan sepakati. Putuskan bersama suami, pola pengasuhan seperti apa yang akan dilakukan serta tentukan nilai yang ingin dibangun.
  2. Tentukan kapan dan pakai cara siapa ketika menghadapi suatu hal di dalam keluarga. Jika ternyata belum mempan juga, maka altenatif terakhir yaitu “siapa yang lebih memiliki wewenang?” dalam kondisi seperti itu maka salah satu orangtua lainnya wajib “tutup toko” alias tidak bikin keputusan, karena keputusan diberikan pada orang yang memiliki wewenang saat itu.
  3. Ambil peran antara kemampuan dan tugas yang ada dalam keluarga dan saling bertanggungjawab.
  4. Luangkan waktu untuk family time di akhir pekan. Tak perlu harus pergi jauh-jauh, yang penting lakukan tiga kegiatan : ngobrol bareng,main bareng dan beraktivitas bareng.
Tak mengapa jika menjadi orangtua yang memiliki perbedaan dalam pola pengasuhan, asalkan pakemnya sesuai dengan point yang diutarakan diatas tadi. Boleh beda tapi tetap bisa kompak! Karena justru dengan adanya perbedaan anak akan mampu belajar untuk memilih. Terus belajar ya…

Responses (35)

    1. Sama-sama mba. So, nggak perllu merasa nggak kompak sama suami yaaa. Karena kita diciptakan berbeda-beda. Yang penting saling sepakat. hehe

  1. Salfok Ama fotonya, ada ya peta Indonesia dipahat di dinding gitu? Setuju mbak, harus kompak dalam mendidik anak, biar anaknya juga gak bingung.

    1. Yes mba, sesuai kesepakatan bersama.
      Iya itu peta indonesia dipahat di dinding.

    1. Mendidik anak bagi laki-laki (suami), biasanya dengan cara simple versi mereka ya mak. Kompak? tentu mau, tapi kita nggak bisa maksa harus a,b, c sesuai keinginan kita. Kuncinya, sepakati bersama . hehe

  2. aku sama suami juga kompak. hehhe bagi tugas kalau kasih pengarahan ke anak. Alhamdulillah si bapak nya nurut aja peraturan yg dibuat emak nya ke anak. selama masih batas wajar menurut dia

    1. Xixixi iya, kalau bisa kompak sama pasangan berdasarkan kesepakatan seru yaaa. berarti pemilik wewenang ada di ibu ya mba?

  3. makasih sharingnya, kadanng berbeda pendapat harus disatukan dahulu agar anak gak bingung

  4. MashaAllah.. memang ya dalam kehidupan berumah tangga itu ngga bisa dikatakan baik baik saja..butuh hal hal yang bisa menguatkan satu sama lainnya.. dengan senantisa kompak bersama pasangan jadi momen kebersamaan yang bisa membuat kehidupan berumah tangga semakin erat ya..

  5. Kadang kompak itu emang susah ya Mbak, apalagi soal anak gini, kita udah bisa terapkan aturan eehh ada aja nanti yg melanggar. Heheh. Emang harus terus belajar .

  6. mashaa Allah tabarakallah seneng deh liat satu keluarga kompak gini semoga selalu solid ya keluarganya

  7. Hampir 20 tahun bersama, kami mengalami pasang surut kekompakan. Tapi seiring waktu berjalan, apalagi setelah anak-anak besar, kekompakan makin terasa. Tipsnya persis seperti yang ditulis di atas. 🙂

  8. aku sama suami jarang ngobrol kalau ketemu mba karena aku riweuh sama anak2 wkwkwk anak2ku tuh kalau aku dah plg kerja nempel banget sampe waktu buat cerita ke suami aja ga sempet :p jadi biasanya komunikasi via WA pas jam kerja dan ini harus biar ga ada misscom

  9. Paling penting itu komunikasi ya mbak. Emang sih, kalo komunikasi kurang pasti bakal miss dan gak bisa harmonis karena komunikasinya aja gak nyambung.
    Quality time bareng keluarga juga penting banget karena bisa jadi ajang refreshing sekaligus kumpul-kumpul bareng keluarga dan gak mikir hal-hal lain.

  10. Wah betul banget, kedua orang tua harus kompak. Jadi anaknya ga bingung juga kan harus ngikutin yg mana. Hehe
    Kalau kedua orang tua kompak, impact nya akan bagus juga ke anak.

  11. Terima kasih sharingnya, Kak. Soal pengasuhan anak ini emang suka bikin gemes ke suami sih kalau lagi nggak kompak hahaha. Nanti akan coba praktikkan tips dari Pak Ge. Semoga bisa bikin makin kompak.

  12. Terima kasih sharingnya, Kak. Akan coba tips dari Om Ge Aprilianto biar makin kompak mengasuh anak bareng suami. Selama ini sudah lumayan sejalan sih cuma ya kadang ada ajalah yang bikin gemes ke suami hehehe.

  13. Wah iyasih ini bener banget meskipun aku blm berumah tangga tp udah sering liat pola asuh pasangan suami istri yg berbeda&ujung”nya malah debat dsb. Menarik nih tipsnya buat pembelajaran

  14. Wah iyasih ini bener banget meskipun aku blm berumah tangga tp udah sering liat pola asuh pasangan suami istri yg berbeda&ujung”nya malah debat dsb. Menarik nih tipsnya buat pembelajaran klo uda nikah nnti

  15. Salut sama ke kompakannya..semoga suami saya jugapunya hobi yang sama dengqn saya, yaitu berbagi ilmu parentimg dan juga ilmu kesehatan anak dan keluarga.

  16. Aku setuju sama poin no 5 kak. Tentang quality time bareng keluarga. Itu penting loh. Sebagai bonding juga penebus waktu bersama setelah sepekan sibuk dengan kegiatan masing²

  17. Wkwk kata2 On He ada beberapa yah Mbak. Meski begitu kita para Moms kudu semangat menciptakan kekompakan Apalagi dalam hal pengasuhan. Seiya sekata

  18. Serunya Mbak bisa datang acara seminar gitu sama suami. Kalau aku gak huhu. Selain suami sibuk banget, memang belum ada niatan berkunjung seminar-seminar begitu. Semoga aja ada kesempatan nanti bisa bisa belajar secara langsung hehe

  19. Kompak sama pasangan aja udah sulit, apalagi kompak pola pengasuhan sama para mbah yang manjain cucu kesayangannya ini. Rumit… Haha. #curhat

  20. Terima kasin infonya mbak, ini bermanfaat sekali. Dan emang keren banget om Ge ini yaa, belum pernah ikut kelasnya nih. Semoga saya dan suami juga menjadi pasangan yang kompak. aamiin

  21. Setuju banget kak. Orang tua yang gak kompak juga bisa bikin anak bingung nantinya.

    Dibutuhkan latihan, kesabaran, dan kemauan untuk bisa sepakat dalam satu hal. Dan yang terpenting adalah komunikasi yang baik.

    Kadang emaknya mau gini, bapaknya mau gitu. Anaknya disuruh ini itu, akhirnya anak yg bingung. Kalau ngelakuin ini dimarahin ibu , kalau gak ngelakuin dimarahin ayah.

  22. Intinya sih harus komunikasi dan kudu sama-sama punya kesadaran dan komitmen ya mba terutama dalam hal pengasuhan anak. Itu adalah koentjinya.

  23. Memang bener kunci utama bisa sejalan bareng pasangan adalah komunikasi kak. Hal ini sederhana sih ya tapi memang paling sulit dilakukan karena memang menjalin komunikasi yang sehat bareng pasangan itu gak mudah.

    Makasih ya kak sharing ya, jadi nambah ilmu nih.

  24. Hmmm baru mau 4 tahun dan belum punya anak,jd kadang egonya masih pada tinggi yak. Terus kalo aku tuh dari skr pengennya direncanain bagaimana2nya,kalo dia maunya nanti2 aja. Jadi suka kesel sendiri ,haha

  25. Subhanallah saya jadi belajar banyak
    Anak itu titipan ya kalau pola asuh tidak direncanakan dengan baik takutnya anak jd tdk tahu hrs jd bagaimana

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *