Pengalaman pulang kampung yang selalu dirindukan. Normalnya jarak Jakarta-Yogyakarta atau sebaliknya bisa ditempuh selama kurang lebih 10 jam perjalanan darat. Namun, yang namanya “musim mudik”, tentu berbeda! Tapi, mudik sudah menjadi budaya.
“Cahaya yang memandumu pulang, kehangatan yang membuatmu tetap di sana…” – Ellie Rodriguez
Pegalaman 3 Hari 2 Malam di Perjalanan
Seperti saat itu, satu atau dua jam sekali aku merubah posisi duduk, antara miring ke kiri atau ke kanan. Sambil salah satu tangan menahan bagian bawah bokong agar tempat dudukku tetap “aman”. Kebetulan, saat perjalanan balik dari Jogyakarta menuju Jakarta, mendadak kedatangan tamu bulanan. Otomatis badan terasa sakit semua dan tubuh tidak nyaman.
Hari itu, Avanza yang dikendarai oleh pakde berjalan cukup lambat bahkan seringkali terhenti. Bayangkan, di dalam kendaraan itu ada 9 orang dewasa dengan kondisi jalanan macet parah dan kami menghabiskan waktu selama 3 hari 2 malam di jalanan. Kalau nggak salah ingat, peristiwa itu terjadi antara tahun 2008-2010 saat kami mencoba lewat jalur selatan.
Ya… pengalaman mudik kami saat Idul Fitri selalu membawa cerita uniknya sendiri. Bahkan suatu kali pernah juga mobil kami hampir mengalami kecelakaan karena sopir yang mengantuk. Ikut konvoi mobil lain melalui jalur alternatif demi menghindari macet, eh sajal ambil jalur dan akhirnya harus masuk jalur hutan dan posisinya gelap gulita.
Tengah malam tidur di pelataran SPBU dengan kondisi seadanya yang penting bisa meluruskan badan alias rebahan. Kebelet ke toilet tapi sepanjang jalan nggak ada tempat pemberhntian. Tapi dibalik itu semua, kami bisa mencicipi kuliner khas lokal di sepanjang jalur Jakarta menuju Jogyakarta atau sebaliknya.
Hingga suatu kali aku merasa, tubuh lelah karena lama di perjalanan? Iya. Ingin menggunakan kendaraan yang lebih nyaman dan cepat sampai saat mudik? Iya. Bosan dengan macet di perjalanan? Iya juga.
Pict by cermati.com15 Tahun Demi Kuburan Alm. Bapak
Tapi, kenyataannya aku sudah melakukan kegiatan mudik ke kampung halaman dengan menggunakan mobil pribadi selama 15 tahun bersama keluarga pakde. Wow…. amazing bukan?
15 tahun bukan waktu yang singkat. Sejak kematian alm. Bapak, akhirnya keluargaku seringkali diajak oleh keluarga pakde untuk mudik bareng ke Yogyakarta, lebih tepatnya ke Gunung Kidul. Karena memang saat itu masih ada sanak saudara dan juga mbah yang tinggal di sana. Maka mudik jadi agenda rutin bagi kami.
15 tahun itu kami lalui sejak kepergian alm. bapak yang meninggal karena sakit kanker hati. Itu juga menjadi tujuan utama kami rela mudik, demi bisa menengok kuburan alm. bapak di kampung. Idul fitri jadi salah satu cara bagi kami bisa kumpul di kampung dan membersihkan kuburan alm. bapak.
Namun, sejak akhirnya masing-masing dari kami (aku dan para sepupu-anak dari pakde) menikah, rutinitas kami sedikit berubah. Untuk bisa merasakan kembali pengalaman pulang kampung yang luar biasa, tentu harus dengan pertimbangan yang matang. Apalagi masing-masing sudah memiliki anak, kenyamanan jadi kunci utama.
Akhirnya kami menyewa kendaraan sendiri-sendiri untuk tetap bisa bertemu di kampung halaman. Ya…. karena ritual mudik dan perjalanannya sungguh sangat dirindukan ^.^
Antara Orangtua dan Mertua
Tahun 2012 aku menikah, tahun 2017 disusul adikku yang menikah, dan masing-masing dari kami memiliki keluarga tambahan. Kemudian 2018 ketika ibu menikah lagi dan akhirnya menetap di Yogyakarta. Untuk bisa mudik saat idul fitri, kini memiliki dua pilihan. Antara orangtua atau mertua, yang dikunjungi lebih dulu ^.^
Walau pilihan kami beberapa kali berbeda, namun hal itu tak menjadi masalah karena kami tetap bisa mudik ke Yogyakarta walau waktunya dilakukan sebelum atau setelah lebaran.
Sebagai orangtua kandung satu-satunya dan jauh dari kami, anak-anaknya, ada rasa khawatir akan kondisi kesehatan dan fisik ibuku. Walaupun insyaallah ibu selalu dalam keadaan sehat wal afiat dan kegiatan yang dilakukan sehari-hari pun membawa manfaat.
Kangen? pastinya, karena aku tinggal di Jakarta selama lebih dari 30 tahun dan tidak pernah pisah dengan ibu, adik, dan saudara-saudara lainnya. Namun sejak tahun 2018 kami harus terpisah jarak yang sangat jauh. Apalagi kini aku sekeluarga tinggal di kota Malang.
Mudik sebelum lebaranPandemi Bikin Mudik Dalam Tulisan
Mudik sudah menjadi tradisi masyarakat kita yang ternyata sulit untuk ditinggalkan. Seringkali masyarakat mulai berangkat mudik lebaran ketika sudah mendekati idul fitri. Siapa yang mengira bahwa hampir diseluruh belahan dunia akan mengalami pandemi akibat virus corona.
Januari 2020 kami sudah berencana akan silaturahmi idul fitri ke Yogyakarta. Namun Maret 2020 pandemi melanda. Pikir kami, idul fitri 2020 sudah aman dan bisa berjumpa dengan keluarga besar.
Alih-alih berharap kondisi aman, justru sebaliknya. Orangtua pun sudah bilang untuk menunda kedatangan kami. Walau sesungguhnya mereka rindu anak cucunya. Alhasil itulah pertama kalinya kami lebaran virtual. Melakukan video call, saling berkirim hampers, dan lain sebagainya.
Sedih? Sudah pasti. Hingga di malam takbiran aku menangis sejadi-jadinya tanpa diketahui oleh suami.
Kebayang wajah orangtua kandung satu-satunya di kampung dengan usia yang sudah diatas 60 tahun. Banyaknya dosa yang sudah aku lakukan kepada ibu, ingin rasanya berpelukan dan meminta maaf secara langsung. Tak ada pengalaman pulang kampung di tahun 2020.
Ok, rencana kita rubah menjadi akhir tahun 2020. Lagi-lagi batal karena kasus lonjakan virus Covid-19 makin menjadi-jadi. Namun pada maret 2021, kami semua memutuskan untuk pulang kampung sebelum lebaran. Demi mengunjungi orangtua karena usia tak ada yang tahu sampai kapan.
Apa sih yang membuat kami selalu kangen Gunung Kidul, Yogyakarta?
Fakta Gunung Kidul
Gunung Kidul, merupakan sebuah kabupaten yang terletak di provinsi Yogyakarta. Area cakupannya cukup besar, memakan hampir sepertiga wilayah Yogyakarta. Kekayaan alam dari Gunung Kidul kini semakin menjadi pusat perhatian tersendiri. Daerah ini pun memiliki peranan besar dalam hal penemuan sejarah. Mulai dari sejarah peradaban manusia hingga sejarah terbentuknya pulau-pulau di Indonesia.
Salah satu adat dan kebudayaan yang masih dianut oleh warga Yogyakarta adalah Sedekah Laut yang sering dilakukan di deretan pantai selatan wilayah Gunung Kidul. Kalau soal destinasi wisata, jangan ditnya, setiap tahun selalu muncul wisata baru dan lebih modern.
Nah, aku punya tips mudik yang cukup aman nih, silahkan dibaca sampai tuntas ya.
Pengalaman pulang kampungTips Mudik Saat Pandemi
Mudik 2021 dilarang! Nah, lho…. banyak yang kebakaran jenggot pastinya. Tapi yakinlah kalau peraturan itu demi kemaslahatan kita bersama. Sebenarnya sama seperti tahun sebelumnya, pemerintah kembali mengeluarkan larangan mudik. Namun, jika ada hal mendesak dan ingin tetap mengunjungi orangtua atau pergi ke kampung halaman, ada beberapa tips yang bisa kita terapkan.
Mudik sebelum hari besar
Hari besar disini maksudnya idul fitri, idul adha, natal, nyepi, dan lain sebagainya. Kalau tujuan kita memang ingin bertemu orangtua di kampung maka bijaklah untuk bertemu dengan mereka. Hindari hari-hari besar untuk berkunjung agar situasi di lapangan tidak terlalu padat dan ramai. Ingat, pandemi masih berlangsung.
Walau mungkin suasananya akan berbeda, tapi tujuan utama kita adalah bertemu dengan orangtua atau sanak keluarga. Kapanpun bisa dilakukan, pastikan selain hari besar yang notabene akan ramai selama perjalanan. Maka, ubah kebiasaan mudik = saat lebaran.
Pilih moda transportasi yang aman dan nyaman
PIlihan bebas pada masing-masing individu. Asalkan kita bisa pastikan bahwa moda transportasi yang kita pilih memiliki regulasi untuk menerapkan protokol kesehatan. Selalu jaga kebersihan dengan sering membersihkan permukaan benda yang sering dipegang. Misalnya sabuk pengaman, sandaran tangan, kaca jendela, sandaran kursi, dan lain sebagainya.
Utamakan kesehatan
Ingin sekali ketemu sanak keluarga? Tapi jangan maksa! Sebagai tim yang paham dengan ilmu parenting, maka banyak hal yang perlu diperhatikan, salah satu yang utama yaitu kesehatan. Perjalanan mudik kita akan sia-sia kalau kondisi kesehatan kita tidak dalam keadaan prima karena akan mudah terserang virus penyakit.
Jaga makanan dan minuman yang dikonsumsi selama perjalanan dan tak lupa dengan vitamin atau obat-obatan penunjang agar tubuh tetap fit selama perjalanan. Kesehatan mental juga perlu dijaga agar kita tetap “waras” dalam berpikir sesuai kebutuhan saat mudik.
Tips mudik amanSelain hal diatas tentu kembali pada penerapan 5M dalam keseharian kita. Karena kalau diri kita enggan menjaga diri sendiri dan keluarga, yang ada justru mudik = kembali pulang pada Sang Pencipta.
Nah, itu dia cerita pengalaman pulang kampung ala Kak Niken. Semoga bermanfaat.
*Tulisan ini dibuat dalam rangka mengikuti tema ‘Mudik dalam Tulisan’ yang diselenggarakan Warung Blogger”
Wajar jika kak Niken nangis sejadi-jadinya karena enggak bisa mudik, padahal di kampung halaman ada ibu yang sudah sepuh. Sebagai anak yang jarang ketemu ortu, pasti perasaannya campur aduk ya, Mbak. Hiks.
Alhamdulillah jika sudah bisa ketemu ibu sebelum lebaran. Saat ini memang yang penting jaga kesehatan. Mudik enggak selalu pas Idulfitri, ya 🙂
Seruuu banget cerita mudiknya Kak.
Senang ya bisa ketemu keluarga besar.
Yg jelas, mari berdoa dan berharap Semogaaaaa corona segera udahan ya
Kangen bisa mudik thn depan dgn tenang dan nyaman
Mungkin aku bakal mundur mudik nya. Doakan saja jadi. Agak worry sih karena si bungsu masih 18 bulan. Dan ortu sudah sepuh. Tapi rindu juga udah 2 tahun ga ketemu. Hiks
Transportasi yang aman dan nyaman bagi anak jadi salah satu yang kami perhatikan. Memang penting sekali. Jangan sampai mudik membawa trauma. Makanya kami tidak mudik lebaran ke banyumas meski kangen. Libur sekolah saja, kalau ke sana.
Kak, seru banget pengalaman mudiknya.
Terus juga makasih kak tips mudik saat pandeminya juga bermanfaat bagi yang memang harus mudik karena beberapa kondisi darurat. Betul banget kak, prokes tetep harus dijalankan. Biar tetep aman dan nyaman.
Haduu Kak, 3 hari 2 malam di jalan, nggak kebayaaang pengin segera bebersih dan mandinya gimanaah XD
Idulfitri kemarin juga membuatku tiba-tiba terpikir, kalau suatu saat nanti menikah dan nggak tinggal di sini, pasti nanti ada masanya membagi ke mana dulu: rumah orang tua atau mertua.
Hmm, kalau mendengarkan takbir berkumandang namun kita sedang jauh rasanya sesak ya, apalagi tahun ini yah memang keadaanya belum aman untuk bisa mudik. Berbagai cara alternatif diganti, video call misalnya.
Ide mudik untuk sebelum hari H bisa menjadi solusi, untuk menghindari ramai di jalan juga ya. Tentu saja tergantung juga dengan hari-hari aktif keseharian.
Selamat Idulfitri juga, Kak Niken dan keluarga. Semoga tahun depan keadaan sudah jauh lebih baik dan tentunya dapat berjumpa dengan keluarga ya.
poin terpentingnya memang utamakan kesehatan ya kak, apapun demi orang tua bisa kita usahakan tapi yang penting tetap utamakan keselamatan ya. semoga pandemi segera usai
semoga diberi kelonggaran untuk bertemu yaa
disehatkan semuanya yaa
dan dapat timing yang pas untuk menemui ibu di kampung halaman
Di waktu pandemi saat ini, sebisa mungkin untuk tidak mudik ke kampung halaman. Begitu kata pemerintah.
Alasannya sederhana, untuk menghindari penyebaran covid semakin luas, dan juga demi melindungi keselamatan dan kesehatan keluarga. Tapi bagaimana lagi ya terkadang mudik sudahh menjadi tradisi yang mana jika tidak dilakukan maka hari raya akan terasa kurang, ya mau tidak mau harus ikut aturan oemerintah ya, demi kepentingan dan keselamatan keluarga
Aduh mbak perjalanan yang lama itu pasti banyak konten yang bisa dibuat jadinya ya
Saya sendiri hanya 1-2 jam perjalanan tetapi pesawat aja sudah lelah
Duh, kangen gunung kidullllll! Nengok kuburan adalah salah satu alasan. Setidaknya yg diucapkan ortuku untuk pulang kekampung halaman meski nggak ada lagi rumah besar yang menampung
Duuh ternyata pernag terjebak macet selama 3 hari dua malam ya, Mbak? Kebayang pastinya badan sakit semua. Kalau saya masalahnya pasti tentang BAK, gimana caranya bisa pipis di keadaan macet selama itu ya…