Tentu menjadi hal tabu saat kita bertanya rate card antar sesama blogger. Menentukan rate card bagi blogger pemula bisa dibilang susah-susah gampang. Lho kok gitu? Ya karena masih banyak juga yang kebingungan berapa harga dirinya. *Maksudnya harga yang pantas menulis satu artikel.
Bisa jadi saat kamu mencari artikel tentang hal ini, mungkin memang sedang memulai karir sebagai blogger perempuan pemula. Apalagi saat pandemi Covid-19 seperti ini makin marak bermunculan blogger perempuan pemula.
Maka menentukan harga satu artikel merupakan hal yang semakin menantang, bahkan bisa membuat bingung para pelaku yang berada dalam industrinya. Karena pasti ada pertimbangan yang berbeda-beda.
Sepengetahuan Kak Niken, belum ada patokan resminya. Pada dasarnya setiap blogger punya hak prerogatif untuk menentukan rate card-nya masing-masing. Dengan diiringi traffik blog yang besar tentu penghasilan juga semakin besar.
Rate card merupakan salah satu kunci personal branding dirinya di mata client atau masyarakat. Jadi, membuat rate card itu: Tidak ada rumus dan patokan yang pasti, kondisi pasar selalu berubah.
Pernah nggak, suatu saat ada campaign bersama dengan teman-teman blogger dan kita dihubungi secara personal oleh client tersebut? Mulai deh kita sering kebingungan menentukan harga.
Saat kita ajukan rate card, pihak Brand/Client bisa saja langsung setuju dengan penawaran yang kita ajukan. Namun ada kalanya penawaran kita masih dalam tahap pertimbangan mereka.
Suatu hari ada beberapa teman bertanya tentang rate card untuk penulisan satu artikel dengan Brand tersebut dan akhirnya kita coba saling sharing. Lebih tepatnya, sharing atau kepo ya? Wkwk
Kenyataannya, blog A dengan kualitas DA/PA lebih kecil dari si B, page view yang juga mini serta alexa rank lebih tinggi, mendapat fee lebih tinggi dari si B. Logikanya performa blog tentu si B lebih baik dari A. Tak jarang juga dengan kualitas blog yang baik dan personal branding yang tepat, maka B mendapatkan penawaran harga tinggi dari client.
Kalau sudah seperti itu, balik lagi sih ya namanya rezeki nggak akan kemana. *Menenangkan diri. LoL. ^.^ Yes, dari hal tersebut kita bisa cek ricek lagi kualitas blog serta personal branding yang kita tampilkan.
Pantas nggak sih satu artikel kita dibayar jutaan tapi hanya dibaca oleh segelintir orang? Seberapa percaya dirinya kita mengajukan rate card tersebut sebaiknya diimbangi dengan kualitas.
Cara menentukan rate card blogSebenarnya, apa itu rate card?
Adanya rate card sebagai dokumen penting untuk mengetahui sejauh mana profesionalitas kita. Menurut Wikipedia, rate card adalah dokumen yang berisi harga dan deskripsi untuk berbagai opsi penempatan iklan yang tersedia dari sektor layanan seperti perusahaan atau media. Nah bentuknya bisa untuk perusahaan, media atau perorangan.
Lebih mudahnya, rate card adalah daftar harga. Maka mulailah hargai dirimu dengan membuat rate card versi dirimu sendiri sesuai dengan ketentuan di artikel ini. Wkwk…
Menentukan rate card blog3 Hal yang diperlukan untuk menetapkan harga publish artikel
Blogger
Mengenai penentuan harga publish artikel sebagai blogger akan tergantung personal branding, konten dan kualitas blog masing-masing. Dengan menyadari bagaimana kualitas blog kita seperti konten, DA/PA, DR, traffik page view yang tinggi dan lainnya maka kita bisa menentukan harga awal dari konten yang akan kita berikan pada client.
Jadilah blogger yang komunikatif dan responsif serta memiliki value yang baik. Karena usaha tidak akan menghianati hasil.
Brand
Kerjasama antara brand/client dan blogger tentu akan sangat menguntungkan kedua belah pihak. Biasanya brand/client akan mengapresiasi para blogger yang memiliki value dan aktif mengelola media sosialnya. Brand memiliki kewenangn untuk segala bentuk kerjasama.
Industri
Kini banyak bermunculan industri yang menaungi eksistensi para blogger. Sebut saja Sociabuzz, Sosiago, HIIP dan lainnya. Dengan begitu juga banyak blogger yang bergabung dengan platform industri sejenis sehingga industri seperti ini semakin digemari oleh para klien.
Cara Menentukan Rate Card untuk Pemula
Pernah kan kita sodorin harga ternyata kerendahan? Kemudian sedih deh kita. Lalu kita sodorin rate card yang cukup lumayan versi diri kita, eh nggak ada kelanjutan ceritanya. Walau sudah coba bertanya tapi tak ada respon. Itu sih yang pernah Kak Niken alami. ^.^
Bersyukur is a must, guys! Dan disitulah kita bisa bersikap subyektif. Emangnya mau kalau kerjaannya seabrek lalu hanya dibayar dengan ucapan terimakasih? Atau hanya barter dengan goodie bag aja? Hidup itu realistis! Apalagi jika trafik blog kita termasuk tinggi.
Karena besaran fee kita yang menentukan. Misal kita dapat fee sekian juta, lalu seperti apa feedback ke klien? Dilain pihak, seorang blogger juga dituntut untuk mempunyai konten yang bagus dan menarik.
Penting untuk punya skill fotografi dan desain yang mumpuni serta perhatikan durasi pekerjaan. Antara pekerjaan satu bulan dan 6 bulan tentu berbeda effort dan treatment-nya. Fee yang diberikan tentu juga berbeda.
Jangan melupakan personal branding! Personal branding menjadikan kita dikenal sebagai apa dan siapa. Walau sampai saat ini Kak Niken juga masih suka belok-belok dikit dari niche awal. Hehe. Fokus….fokus….
Maka perlu mencari jalan tengah. Biasanya Kak Niken memang suka kasih note di rate card, “negotiable”. Kadang ada juga klien merasa keberatan dengan fee yang kita ajukan, maka kita bisa tanya berapa budget yang dimiliki klien. Kemudian sesuaikan saja dengan pekerjaan yang diminta.
Boleh nggak kita minta 1x blog post dengan fee Rp 100.000? Kalau kamu setuju daqn ikhlas ya tidak mengapa. Bahkan mau minta Rp 1.000.000 juga sah-sah saja.
Kan balik lagi keputusan ada pada brand/client dan kualitas diri kita. Misalnya ditawar bagaimana? Kalau menurut perhitunganmu masih masuk rate card, lanjutkan! Dan sebagai blogger pemula teruslah berproses untuk lebih baik lagi.
Cara Membuat Rate Card
Contoh Rate Card BlogIni dia yang ditunggu-tunggu ^.^, bagaimana membuat rate card? Ini yang paling sering kak Niken sharing-kan ke teman-teman, betapa pentingnya memiliki template untuk rate card. Apalagi kita bekerja di industri kreatif seperti ini.
Banyak aplikasi yang bisa digunakan diantaranya adobe illustrator atau canva. Jangan lupa untuk save dalam bentuk jpg atau pdf dan ukuran file tidak lebih dari 10MB. Buatlah se-kreatif mungkin tapi jangan terlalu berlebihan.
Biasanya Kak Niken buat dalam beberapa halaman, misalnya page 1 foto terbaik diri kita dan daftar harga paket, page 2 demografi pembaca, page 3 geografi pembaca, page 4 rank blog dari beberapa SEO tools. Halaman 5-6 optional, boleh menyertakan portofolio dan posisi artikel kita untuk kata kunci tertentu.
Eh, ngomong-ngomong daftar harga paket isinya bisa sponsored post artikel di blog dan posting di media sosial yang kita miliki. Bahkan ada juga yang rela untuk menambahkan postingan di youtube (walau hal itu mungkin tidak diminta oleh brand).
So, cara menentukan rate card itu tergantung diri masing-masing dan seberapa pantas kita dibayar dengan effort dan kualitas sedemikian rupa. Cek lagi ke diri masing-masing alasan menulis blog itu untuk apa. Bagi blogger perempuan pemula, teruslah bertumbuh!
Kalau ada yang mau menambahkan bisa komen aja di kolom komentar ya ^.^
Terimakasih tipsnya kak hehe
halo, kak Niken! persis seperti apa yang kakak tulis di atas, aku seorang pemula yang mencoba peruntungan dan ingin mendalami industri kreatif, lebih spesifiknya copywriting dan content writing. selama ini yang aku lakukan hanya project membantu teman dan relasi yang membutuhkan jasa, sehingga belum memiliki patokan seberapa pantas jasa yang kukerjakan ini dihargai berapa. sampai suatu ketika ada yang bertanya tentang rate card dan aku belum memilikinya. sore ini aku menemukan artikel kak Niken dan sangat membantuku untuk bertanya kembali pada diri sebelum membuat rate card, kira-kira kemampuan yang dimiliki dan ditawarkan untuk melakukan pekerjaan ini akankah sebanding dengan harga yang dipatok? sudah sesuai dengan pasaran, terlalu rendah atau terlalu mahal? terima kasih atas artikel yang ditulis, semoga sehat selalu kak 🙂