Mengapresiasi anak mudah dilakukan tapi kenyataannya sulit! Apa yang sebaiknya dilakukan agar orangtua tak membandingkan anaknya?
Berapa kali kita melihat, membaca bahkan mendengar kalimat tersebut belakangan ini? Rasa-rasanya setiap orangtua patut mengerti bahwa masing-masing anak memiliki keunikan tersendiri dan membawa bintangnya masing-masing.
Marilah kita mulai menutup mata untuk hal-hal yang bikin baper atau malah merasa “down” karena kita sering “melihat” anak orang lain sepertinya lebih wah dari pada anak kita sendiri. Stop untuk sering-sering kepo di media sosial jika hanya untuk menikmati “kepandaian anak lain”. Misalnya bukan untuk mencari ide bermain untuk anak kita.
Hehe….rada straight ya? Iya. Pasalnya, untuk menjunjung kalimat baik terhadap anak kita maka kalimat yang sebaiknya di keluarkan adalah, “Apa bedanya kakak 1 tahun yang lalu dengan kakak yang sekarang?”
Bukan dengan kalimat, “Mengapa kamu tidak seperti si A, yang sudah pandai membaca?” atau “Mengapa kamu tidak seperti adikmu?”
Karena, kita orang dewasalah yang dipercaya untuk melejitkan “mental jawara” anak. Dengan kata lain, *MEMBUAT GUNUNG, BUKAN MERATAKAN LEMBAH*
Kal, misalnya. Anak pertama saya ini suka sekali bergerak, berlari, meloncat, memanjat dan beragam kegiatan fisik lainnya. Maka, pada akhirnya daripada saya “sering-sering melarangnya berkegiatan yang sebenarnya menyenangkan baginya”, maka saya ajak saja kk Kal mengeluarkan energinya ke beberapa kegiatan.
Contoh : Berenang, berolahraga tangan menggunakan bola, melakukan kegiatan practical life skills, dan lainnya. Inilah salah satu cra mengasah kegiatan motorik kasarnya.
Anak yang terlihat berbinar-binar mempelajari sesuatu, kemudian orangtuanya mengijinkan anak tersebut menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mempelajari hal tersebut, maka kita sedang mengijinkan lahirnya maestro baru. Ini namanya membuat gunung. Anak akan memahami misi spesifiknya untuk hidup di muka bumi ini.
Mengapresiasi Anak
Baca juga: Pengalaman Belajar Montessori
ENJOY, EASY, EXCELLENT, EARN
Inilah yang pada akhirnya akan terbentuk dalam diri anak. Oleh sebab itu, kita sebagai orangtua harus sering melakukan “discovering ability” agar anak menemukan dirinya, dengan cara mengajak anak kaya akan wawasan, kaya akan gagasan, dan kaya akan aktivitas.
Bagaimana caranya? Menurut Howard Gardner salah seorang profesor pendidik dan peneliti dari Harvard University Amerika Serikat, ada 9 aspek kecerdasan seorang anak. Istilah yang sering kita dengar adalah multiple intelligences.
Atau secara umum, kecerdasan anak dibagi menjadi kecerdasan visual-spasial, kecerdasan interpersonal, kecerdasan naturalis, kecerdasan linguistik verbal, kecerdasan kinestetik, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan logika matematika, kecerdasan moral, dan kecerdasan musikal.
Tentu ada yang menonjol dari tiap anak melalui semua kecerdasan majemuk dalam diri seorang anak kelak. Namun sebagai orangtua kita berusaha untuk mengembangkan kesembilannya pada saat usia BALITA.
Setiap anak adalah pribadi yang unik dan memiliki kecerdasan atau bakat yang berbeda-beda. Sebagai orangtua, Anda perlu menerima setiap bakat dan kecerdasan yang dipunyai oleh anak dan membantu mereka untuk dapat mencapai potensi terbesarnya.
Saat kita sebagai orangtua sudah mengetahui kecerdasan mana yang dominan pada anak kita, maka kita mulai mengasahnya melalui beberapa hal yang terkait. Sehingga anak dengan cepat menemukan aktivitas yang membuatnya mendapatkan 4E.
Matanya berbinar-binar (enjoy) tak pernah berhenti untuk mengejar kesempurnaan ilmu seberapapun beratnya (easy) dan menjadi hebat di bidangnya (excellent). Setelah ketiga hal tersebut di atas tercapai pasti akan muncul produktivitas dan apreasiasi karya di bidangnya (earn).
Baca juga: Pola Asuh di masa Pandemi
Cara Mengapresiasi Anak
Apresiasi adalah bentuk ungkapan seseorang kepada orang lain karena suatu hal baik yang telah dilakukan oleh orang tersebut. Sebutkan perbuatan baiknya, bukan anaknya. sekecil apapun progres yang dilakukan anak, pantas untuk diberikan apresiasi.
Agar anak mengerti bahwa ini adalah perilaku yang benar, lalu kemudian anak berhasrat untuk mengulanginya lagi. Apresiasi adalah sebuah penilaian atas kinerja atau produktivitas.
Tidak ada anak yang bodoh di muka bumi ini, yang ada hanya anak yang tidak mendapatkan kesempatan belajar dari orangtua/guru yang baik, yang senantiasa tak pernah berhenti menuntut ilmu demi anak-anaknya, dan memahami metode yang tepat sesuai dengan gaya belajar anaknya.
Karena ALLAH TIDAK PERNAH MEMBUAT PRODUK GAGAL. Itulah pentingnya mengapresiasi anak.