Mengajarkan Anak Berpikir Kritis Melalui Membaca Buku

Mengajarkan anak berpikir kritis

Mengajarkan Anak Berpikir Kritis dari cerita ini ternyata membawa hikmah. Walau sedikit memaksa padahal dalam kondisi hamil 9 bulan. Bagaimana akhirnya?

Menjelang malam hari kami bersiap-siap pergi ke daerah BSD, Tangerang. Dengan tubuh mulai membengkak disana-sini sambil membawa perut yang sudah semakin mengendut karena bayi di dalamnya makin aktif bergerak. Ya, saat itu usia kehamilanku menginjak minggu ke 38.

Suami bersiap mngeluarkan mobil dari garasi. Tas dan barang-barng perlengkapan untuk menginap di rumah saudara sudah tersusun rapi dalam tas. Siap dimasukkan ke dalam bagasi. Namun permintaan ibuku untuk tidak bepergian malam itu membuat kami akhirnya menunda pergi.

Esok subuh, kami mengantongi setengah izin untuk meluncur ke BSD, lebih tepatnya ICE BSD. Salah satu lokasi untuk berburu buku impor. Jutaan buku impor berkualitas digelar dengan harga miring. Duh…..kalap euy. Walau dengan kondisi perut mengendut sambil mendorong stroller yang diduduki kakak Kal, kami asyik memilah banyak buku anak.

Berpikir kritis

Buku, salah satu barang yang kami jejalkan ke anak-anak sejak mereka usia dini. Seperti yang kita tahu, bahwa buku adalah jendela dunia dan membaca adalah kunci. Betapa pentingnya literasi untuk memperkaya wawasan dan tentunya sumber stimulasi bagi anak untuk berpikir kritis.

Berpikir kritis dan logis menjadi salah satu kemampuan yang dibutuhkan seseorang pada dekade ini.

Kenapa anak-anak kita perlu diasah kemampuan sikap kritisnya? Era dimana perubahan terjadi begitu cepat tentu manusia juga “dipaksa” mengikuti arusnya dengan cepat. Anak-anak kita merupakan sasaran empuk untuk perubahan itu.

Mengajarkan anak berpikir kritis dapat dilakukan sejak usia dini. Karena pembentukan karakter dimulai saat usia 0-7 tahun.  Dengan bersikap kritis dan logis, tentunya kita berharap mereka dapat memecahkan masalah sehari-hari. Ini penting sekali karena merupakan kunci utama dalam kehidupan.

Baca juga: Komunikasi produktif seorang ibu

Cara Mengajarkan Anak Berpikir Kritis dan Logis

  1. Jadilah orangtua yang kritis dan dermawan

Kan buah jatuh tak jauh dari pohonnya ya? Maka kalau kita ingin anak mampu berpikir kritis, ngaca dulu ke diri sendiri. Apakah kita juga sudah berpikir secara kritis saat menanggapi suatu hal? Sejauh mana wawasan kita sebagai orangtua? Sehingga kondisi tersebut mampu menjadikan mirroring pada anak.

  1. Ajak anak diskusi mengenai suatu fenomena yang terjadi

Tanyakan pendapat si kecil terhadap banyak hal. Misalnya ketika sedang rekseasi, Tanya apa saja yang dia lihat, bagaimana cara menuju tempat rekreasi tersebut, berapa harga tiket dan lain sebagainya. BIsa juga setelah selesi membaca buku, tanyakan pada mereka pendapatnya mengenai cerita tersebut. Saling berdiskusi ringan untuk mengikat makna.

  1. Berikan pertanyaan terbuka

Ini masih terkait dengan point sebelumnya. Berikan anak-anak pertanyan terbuka. Misalnya “mengapa” dan “bagaimana”. Kalimat seperti ini lebih efektif daripada yang jawabannya hanya iya atau tidak. Dengan memberikan pertanyaan kalimat terbuka maka otak anak akan terstimulasi dengan maksimal.

  1. Jawab semua “why” anak dengan logis

Yakin deh bahwa setiap anak terlahir untuk berpikir secara rasional dan kritis. Suatu kali kakak Kal sering kali bertanya dengan kata awalan, “Bunda mengapa……?” Dari situlah kita juga akan memberikan jawaban logis atas pertanyaan mereka. So, orangtua juga wajib perbanyak membaca literatur dan memperkaya kreativitas ya.

  1. Hindari menggunakan dogma, berikan penjelasan

Maksudnya bagaimana? Pernah nggak kita minta ke anak melakukan sesuatu dengan menyelipkan kata “ya memang harus!”. Sebaiknya hal seperti itu jangan ditiru ya. Berikan anak kesempatan untuk berpikir danmelakukan kegiatan dengan cara rasional, bukan karena paksaan.

  1. Asah dengan buku

Demi berburu buku impor harga miring di Big Bad Wolf  tahun 2016 lalu, kami rela untuk menempuh perjalanan sejauh 35 km dari ujung Jakarta Timur menuju BSD. Perjuangan euy…. Yakinlah dengan semakin banyak ide baru yang diperoleh anak dari buku makan akan semakin kritis juga pemikirannya.

Kamu tahu penemu Apple, Microsoft dan Google? Bill Gates. Dahulunya adalah anak-anak yang suka membaca science fiction. Bacaan fiksi juga membantu mengasah imajinasi, empati dan sikap kritis anak. Saat membaca fiksi, imajinasi anak-anak terpancing untuk menciptakan dunianya.

Sederhananya, hal itu digambarkan sebagai proses mengevaluasi infomasi untuk membuat keputusan tepat dan solutif. Seperti kata bu Tejo di film pendek Tilik, “Dadi wong ki sing solutip ngono lho!”. Disitulah mereka belajar melihat dari sisi berbeda.

Keterampilan berpikir kritis

Baca juga: Cinta Membaca Pada Anak

Tips Untuk Berlatih Berpikir Kritis

  1. Beri anak kesempatan untuk bertanya
  2. Ajarkan anak untuk berpendapat
  3. Diskusikan dan analisa cerita
  4. Beri penjelasasn sesuai usia

Dengan berpikir kritis, maka anak tak sekadar menjadi pengikut yang tanpa mengetahui tujuan dan alasan melalakukan sesuatu. Semua itu memang tidak mudah tapi patut diperjuangkan. Seperti saat itu Kak Niken rela mendapatkan buku-buku berkualitas. Ternyata H+1 pasca berburu bukua, sukses lahiran secara normal. Alhamdulillah sehat.

Mengajarkan anak berpikir kritis butuh latihan dan pembiasaan. Buku merupakan tahap awal, selanjutnya peran orangtua dan lingkungan keluarga menentukan.

Sudahkah mengajak anak membaca buku hari ini? Buku apa yang kalian baca? Share yuk!

Responses (11)

  1. Halo kak niken, salam kenal.

    Tips-tipsnya menaarik sekali ini. Beberapa untungnya sudah saya praktikkan. Hal tersulit dari menjadi orangtua kini adalah mengubah stigma dalam menjawab pertanyaan dengan jawaban ” ya emang gitu harusnya.

    Saya masih melihat hal-hal tersebut waktu kemarin pulang kampung. Saya bilang kenapa tidak memberi tahu anak alasan yang logis, dan mengakui saja jika memang tidak tahu? Dan ternyata, yaa posisi orangtua yang dianggap serba tahu itu menjadi alasan gengsi utk bilang nggak tahu ya.

    1. Hai kak. Iya dgn cara pengasuhan kita di jaman ini tentu ada beberapa hal yg berbenturan dgn cara orangtua kita pada masanya. Tapi ilmu parenting berkembang dan kita didik anak sesuai perkembangan zaman ya hehe

  2. Wah, betul sekali ini kak. Beberapa waktu pas dulu masih ngajar juga selalu ingat dengan taksonomi Bloom yang mengajarkan tentang berpikir kritis ini. Salah satu pemantiknya adalah dengan banyak membaca.
    Truuuss beberapa kali saat ngajarin ponakan juga aku bilang kalau nggatahu caranya, eh dianya jawab, kok ngga tahu sih? hihi agak senewen juga sih. Tapi namanya juga anak-anak yah, menganggap orang dewasa itu tahu segalanya.

  3. Bagus nih bila dari sejak usia dini sudah diterapkan. Bicara tentang Big Bad Wolf, tahun 2016 ak dari Malang ke Surabaya naik bus haha. trus nyambung motor, ala maaak

    1. wkkwkw duh duh duhhh… Ingat kalau ke bbw biha habis uang juta2an euyyy. Kalaappppp

  4. Sebenarnya kalau kita pikir-pikir anak memang sudah kritis dari awal. Dia akan suka bertanya mengapa begini dan begitu setiap melihat baru.

    Hanya saja bagaimana kita menjawab setiap tanyanya itu yang kudu hati-hati. Juga mengenalkan buku pada mereka yang kadang suka susah.

    Dan kalau memang nggak selalu diajarkan dan dibiasakan, maka lama-lama kekritisan mereka bisa ilang juga sih.

    1. Iya kak. Karena buku jendela dunia itu emang benar banget. Sejak bayi (bahkan ketika masih dalam kandungan ibunya) kalau kita kenalkan anak dgn buku, mereka akan mencintai dan membudayakan dirinya untuk membaca.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *