Indonesia bebas kusta? – Masih terpatri dalam ingatan kami tentang keseruan Asian Para Games 2018 yang diselenggarakan di negara Indonesia. Ramai-ramai kami-para ibu muda yang anaknya satu sekolah di Sekolah Harmony Montessori-mengajak anak-anak untuk menonton beberapa cabang pertandingan olahraga Asian Para Games.
Bukan sekadar untuk menonton pertandingan, tapi kami juga mengedukasi anak-anak bahwa diluar sana banyak saudara kita yang difabel namun tetap bisa berprestasi dalam olahraga. Walau kami tak tahu latar belakang penyebab kondisi disabilitas mereka, namun ada hal menarik yang bisa diambil hikmahnya.
Para penyandang disabilitas memiliki hak yang sama untuk berprestasi, bekerja, dan berkarya. Mereka memiliki satu tujuan, menjadi lebih bermakna dan dihargai dengan segudang prestasi yang dimiliki.
Ternyata, tak hanya peserta olahraga tersebut yang kesemuanya mengalami disabilitas, tapi ada juga beberapa petugas kebersihan penderita disabilitas. Dari situ kami berpikir, Indonesia sudah selangkah lebih maju dari sebelumnya, dalam hal mempekerjakan para disabilitas.
Namun, tak bisa dipungkiri di beberapa wilayah di Indonesia lainnya masih banyak kasus disabilitas ini disebabkan karena penyakit Kusta. Sehingga tingkat diskriminasi terhadap para penyandang disabilitas masih cukup tinggi.
Pict by Matamadura newsKusta: Indonesia ada di Peringkat Ketiga
Penyakit purba ini masih juga ditemukan pada beberapa daerah di Indonesia. Faktanya, menurut data World Health Organization (WHO) dan Kementerian Kesehatan RI, Indonesia masuk dalam peringkat ketiga total kasus baru di seluruh dunia.
Di satu sisi, Kementerin Kesehatan memiliki target untuk memberantas kusta pada 2020. Dan mereka telah melakukan berbagai upaya untuk mengajak masyarakat hidup bersih dan sehat. Salah satu lembaga yang fokus pada penanganan isu ini adalah NLR Indonesia (Netherlands Leproy Relief).
Merekalah yang berinisiatif mempercepat dunia tanpa kusta dan lingkungan yang inklusif bagi penyandang disabilitas. NLR juga berusaha untuk mendukung program pemerintah dengan kegiatan yang inovatif.
Hubungan Disabilitas dan Penyakit Kusta
Dengan masih adanya stigma di masyarakat terhadap penderita kusta membawa pengaruh signifikan pada proses pengobatan kusta. Hal ini berimbas pada perlakuan diskriminasi ketika mereka mencari pekerjaan, menggunakan fasilitas umum, beribadah, dan lainnya.
Padahal, bekerja adalah hak bagi semua orang dan membangun sistem Ketenagakerjaan merupakan kerja panjang yang membutuhkan komitmen dari berbagai pihak. Tak hanya dalam dunia kerja, dalam bidang olahraga pun berlaku hal demikian. Sehingga diharapkan pembangunan Inklusif Disabilitas semakin bertumbuh.
Oleh karena itu pentingnya inklusif disabilitas yang artinya penyandang disabilitas bisa mengakses pelayanan kesehatan, pendidikan, perlindungan sosial, memperoleh nutrisi yang baik, pekerjan, dan terpenuhi hak lainnya.
Kapan kira-kira rakyat Indonesia bebas kusta? Hal ini tentu terkait dengan pembangunan inklusif disabilitas yang dilakukan oleh berbagai pihak untuk mengendalikan kusta. Sebenarnya apa itu penyakit kusta? Banyak mitos yang berkembang di masyarakat ternyata bikin salah kaprah. Yuk disimak penjelasan dibawah ini:
Mitos dan Fakta Tentang Kusta
Mitos, belum tentu terbukti kebenarannya. Inilah yang beredar di masyarakat:
Kusta mudah menular dan mewabah
Kusta memang menular, tapi penyebarannya tidak seperti wabah yang mudah menyebar. Misalnya kita kontak dengan orang yang punya penyakit kusta, kemungkinan 10 tahun atau lebih, penyakit ini baru akan muncul di tubuh kita (saat kita sudah berusia). Semua tentu tergantung dengan daya tubuh masing-masing.
Indonesia bebas kustaKusta adalah kutukan
Beberapa kali nonton film, banyak yang salah menerjemahkan. Ternyata, kusta bukanlah kutukan. Penyebabnya adalah karena bakteri Mycobacterium Leprae.
Pengidap kusta harus dikucilkan
Inilah stigma yang berkembang di masyarakat. Padahal mereka butuh dukungan dari lingkungan. Berjabat tangan dengan penderita kusta tidak serta merta terkena kusta.
Kusta membuat jari kaki dan tangan hilang
Biasanya memang struktur bagian jari kaki dan tangan menjadi tidak normal. Ini disebabkan infeksi bakteri jika terlambat diobati.
Kusta tidak bisa disembuhkan
Justru lebih mudah, namun prosesnya memang membutuhkan waktu lebih lama dari pengobatan penyakit biasa, sekitar 6-24 bulan. Perlu mendapatkan antibiotik khusus yang bisa mematikan bakteri.
Mengenal Kusta
Edukasi tentang kusta sangat perlu diangkat agar masyarakat lebih memahami tentang kusta.
Penyebab kusta
Kusta atau lepra memiliki nama lain yaitu penyakit Hansen atau Morbus Hansen. Penyebabnya karena bakteri Mycobacterium leprae yang bisa berkembang dimana saja, hewan maupun manusia (biasanya melalui jalur pernafasan).
Proses yang ditimbulkan yaitu akan menyerang kulit, sistem saraf perifer, mata, serta selaput lendir pada saluran pernafasan. Biasanya akan menyebabkan luka pada kulit, melemahnya otot, kerusakan saraf, dan juga mati rasa.
Ternyata penyakit kusta itu ada dua macam, yaitu kusta basah dan kering. Kusta kering ditandai dengan bercak putih seperti panu, jumlahnya sedikit dan mati rasa. Sedangkan kusta basah, lebih banyak bercak dan berwarna kemerahan serta terjadi penebalan kulit. Untuk pemulihan kusta basah tentu lebih lama dari kusta kering.
Faktor penyebab lainnya, yaitu: karena melakukan kontak fisik dengan hewan penyebar bakteri kusta, tinggal di kawasan endemik kusta, dan memiliki kelainan genetik pada sistem kekebalan tubuh.
Gejala Kusta
Bagaimana caranya Indonesia bisa terbebas kusta sedangkan masih banyak masyarakat yang belum mengetahui apa saja gejala yang terjadi ketika kusta menyerang tubuh?
Penyakit ini biasanya ditandai dengan muncul luka namun kita tidak merasakannya, otot semakin melemah, muncul lesi atau keadaan jaringan yang abnormal pada tubuh yang berwarna pucat, mata lebih terasa kering dan jarang berkedip, serta terjadi gangguan pada area hidung.
Jika kusta sudah menyerang sistem saraf, kita akan kehilangan sensasi rasa sakit alias mati rasa. Dari hal itulah bisa mengakibatkan gejala hilangnya jari kaki maupun tangan.
Stigma masyarakatPengobatan Kusta
Penting diketahui untuk masyarakat dan penderita kusta bahwa pengobatan bagi penderita kusta harus dilakukan secara bertahap dan kontinyu. Pemberian antibiotik selama 6-24 bulan yang disesuaikan dengan kondisi penderita. Ada juga yang perlu dilakukan pembedahan sebagai proses menormalkan fungsi saraf yang sudah rusak untuk mengembalikan fungsi anggota tubuh. Wajib berobat ke dokter agar segera tertangani dengan baik.
Pencegahan
Vaksin pencegah kusta? Menurut informasi yang Kak Niken baca, belum ada vaksin untuk mencegah kusta.
Namun pemerintah dan lembaga non nirm]laba sudah mulai melakukan gerakan terpadu. Seperti misalnya memberikan informasi serta penyuluhan kepada masyarakat, sekolah-sekolah di daerah tertinggal dan lain sebagainya. Juga lebih memperhatikan lingkungan sekitar dan saling mendukung.
Lalu bagaimana agar inklusif disabilitas ini mampu berkembang di Indonesia?
Strategi Indonesia Bebas Kusta
Seperti yang dilakukan oleh Komarudin, S.Sos.M.Kes sebagai Wasor Kusta Kab Bone dan DR. Rohman Budijanto SH MH sebagai Direktur Eksekutif The Jawa Pos Institute of Pro-Otonomi-JPIP Lembaga Nirlaba Jawa Pos yang bergerak di bidang otonomi daerah pada acara talkshow ruang publik yang diselenggarakan oleh NLR dan Berita KBR.
Harus ada strategi khusus untuk berkembangnya inklusif disabilitas, yaitu:
- Peningkatan kapasitas kerja bagi disabilitas.
- Melakukan pengarusutamaan kampanye program dan perekrutan angkatan kerja tetap.
- Peningkatan dan pelatihan kesiapan kerja bagi angkatan kerja disabilitas.
- Peningkatan aktivitas penyedia kerja dan pemagangan bagi disabilitas.
- Perluasan kesempatan kerja pada perusahaan dan penempatan kerja disabilitas.
- Adanya peluang angkatan kerja disabilitas untuk memasuki dunia kerja atau mengikuti peluang peningkatan kapasitas lain.
Yuk, hentikan stigma negatif dan diskriminasi agar Indonesia bebas kusta bisa segera terwujud!